MENYESIR FENOMINA VALENTINES DAY DENGAN DOKTRIN ISLAM

 

Sahabat ZADAMEDIA yang baik. Dari tahun ketahun tampaknya gairah dalam menyambut hari valentine semakin menjadi-jadi, terutama dari kalangan remaja. Baik dengan bertukaran bingkisan valentine, samarak warna pink, ucapan kasih sayang maupun ungkapan cinta dengan berbagai ekspresinya. Hari yang dinotabenekan dengan kasih-sayang yang dirayakan pada setiap 14 Februari tersebut sangat populer di negara-negara barat. Mereka merayakannya dengan hura-hura, mendatangi tempat-tempat hiburan, berdansa semalan suntuk, saling memberi hadiah dan kegiatan yang berbau maksiat lainnya. Bahkan yang boleh dikerjakan suami-istri juga mereka kerjakan. Naudzubillah. Download File Doc ! dan Pdf Here For Offline
 
Negara kita Indonesia, nampaknya sudah sangat memprihatinkan. Rupanya mereka yang notabenenya muslim-muslimaha men-copy-paste habis-habisan perilaku permisif dan yang serba dihalal-halalkan yang dilakonkan oleh barat dalam merayakan valentines Day. walaupun mereka sudah banyak mendengar bahwa valentines day adalah salah satu hari ummat kristiani yang mengandung nilai-nilai doktrin Kristen. Namun mereka malah berdalih “ah, aku kan ngerayain valentine ini buat fun-fun aja….” Demikian sikap mereka. Bisakah hal semacam ini ditolerir dalam islam?
Islam sebagai agama multi dimensi, selalu menebar cinta kasih sayangnya pada pemeluknya tanpa dibatasi oleh waktu tertentu seperti pada valentines day. Cinta kasih sayang islam sangat contras perbedaanya dengan valentines day. Valentines day yang diasumsikan sebagai kegiatan ritual penebar kasih sayang adalah product ideology non islam, sebagaimana ditulis dalam the world book encyclopedia (1998) bahwa valentines day merupakan warisan orang Romawi kuno yang disebut dengan lupercalia. 
Para ahli lainnya mengaitkan moment ini dengan kisah terbunuhnya seorang pastor yang bernama Santo Valentinus yang tewas sebagai martie karena mempertahankan prinsipnya yang bertentangan dengan kebijakan kaisar Romawi (claudius II) yang melarang pemuda-pemudinya menikah, semata-mata untuk menjadi tentara dan berperang. Tetapi sang pastor tadi secara diam-diam menikahkan pemuda-pemudi, akibatnya ia harus mengakhiri hidupnya dengan tanpa kepala (dipancung) pada tanggal 14 Februari 269. dan juga ada yang menyatakan bahwa hari valentines sangat erat kaitannya dengan kisah Romawi kuno, bahwa setiap 14 Februari burung-burung merpati jantan memilih pasangannya.
Kita sebagai penganut agama samawi (islam) hendaknya bertanya pada diri kita sendiri, apakah kita akan mencontoh sesuatu yang jelas-jelas bukan besumber dari agama islam? Allah Swt. Yang bersifat Al-Rahman dan Al-Rahim (maha pengasih dan maha penyayang) berfiman “dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tantangnya sesunggahnya pendengaran, pengelihatan dan harti semuanya akan dimintai pertanggung jawaban”. (QS Al-Isra’:36). Yang dimaksud kata tahu pada ayat tersebut berarti mampu mengindara (mengetahui) dengan seluruh panca indra yang dikuasai oleh hati dan sampai pada taraf mengangkat subtansi dan esensi kebenaranya bukan hanya tahu kulit luarnya saja. Sama halnya dengan perayaan valentines day yang harus diketahui dan harus diurai benang kusutnya, dari mana, untuk apa, untuk siapa dan bagaimana dataran aplikasinya.
Melihat dari historis, prinsip, orentasi dan operasionalnya, bahwa valentines adalah hasil product kontemplatif dan doktrin musuh-musuh islam (yahudi dan nasroni) yang tiada lain untuk menjauhkan kaum muslin dari nilai-nilai ajaran agamanya dan mengikuti tren agama dan budaya mereka. Sebagaimana firman Allah “orang-orang yahudi dan nasrani tidak akan rela (senang) kepadamu hingga kamu mengikuti agama mereka”. masihkah kita akan mengikuti musuh-musuh Allah? Dan apakah kita rela disebut orang yang mirip dengan mereka lantaran mengikuti ajaran agama valentines? Sabda Rosul “barang siapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk dari golongan mereka”
Di era yang sudah serba modern ini, sangat diperlukan bagi kaum muslim, khususnya generasinya untuk membentengi diri pengaruh budaya agama valentines day dan mereka harus tahu bahwa selamanya islam tidak pernah dan tidak akan pernah bersanding dengan valentines day. Valentines day adalah hari kasih sayang yang bersifat limited (terbatas) namun islam justru agama kasih sayang unlimited (tanpa batas) atau dengan kata lain tanpa dibatasi oleh ruang, waktu dan zaman. Wamaa Arsalnaaka illa rahmatn lil ‘a lamiin. Artinya. dan aku tidak mengutusmu kecuali menjadi (penebar) kasih sayang terhadap sekalian alam.

Share on Google Plus

About zadamedia

    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Post a Comment