Kata-kata dzikir sudah menjadi bahan cekokan bagi kita sejak kecil. Di moshalla-moshalla di masjid-masjid terus disemarakkan baik sebelum shalat dan sesudahnya. Lantas hal seperti itu mengusik penulis untuk menkaji dzikir lebih dalam lagi sebagai bentuk dinamika religious menuju predikat khoirul ummah (bangsa superior). Dan apa sebenarnya dzikir? Apakah cukup dengan itu-itu saja?
Kata dzikir berasal dari bahasa arab ذكر –ُ ذكراً yang artinya secara etimogi ada empat;
1. Mengingat. Dasarnya adalah QS. Al-Ahzab 41 "wahai orang-orang yang beriman ingatlah kepada Allah dengan mengingat (nama-Nya) sebanyak-banyaknya"
2. Menceritakan. Berdasarkan firman Allah dalam QS. Maryam ayat 16, 41, 51, 54 dan ayat 56 yang berbunyi "dan ceritakanlah (Muhammad) kisah Idris dalam kitab (Al-Quran) sesungguhnya dia seorang yang sangat mencintai kebenaran (dan) seorang nabi"
3. Shalat. Firman Allah "jika Kamu takut (pada bahaya) shalatlah sambil jalan atau berkendaraan. Kemudian apabila telah aman, maka ingatlah Allah (Shalatlah) sebagai mana Dia telah mengajarkan kepadamu apa yang tidak kami ketahui" QS. Al-Baqorah. 239
4. Wahyu. Allah berfirman ءألقي الذكر عليه من بيننا بل هو كذاب آشر "apakah wahyu itu diturunkan kepadanya (shaleh) diantaraa kita? Pastilah dia (shaleh) seorang yang sangat pendusta lagi sombong. QS. Al-Qomar. 25.
Adapun dzikir dalam terminologinya adalah semua aktivitas yang bertujuan untuk mengingaat dan mendekatkan diri kepada Allah, baik berbentuk ucapan, pikiran dan tindakan. Terma ini lebih menjeneralkan mindset kita bahwa dzikir tidaklah hanya berucap الحمد لله، سبحان الله، لاإله إلا الله saja namun jauh dari pada itu. Sebab kalau dzikir ini hanya dengan lisan saja. Lalu bagaimana dengan para bisnisman, pemerintah, politisi dan orang-orang berkarir lainnya yang hampir tidak punya waktu luang untuk dirinya dan keluarganya, apalagi mau dzikir yang menurut mereka membuang-buang waktu saja. Ini kan menafikan satu fungsi penting diciptakanya manusia sebagai kholifatullah. Dan bagaimana bisa disebut khalifatullah jika ia melupakan Allah?
Makanya, dzikir oleh shalafusshaleh diklasifikasikan terhadap tiga bagian;
Pertama: Dzikir bil lisan. Dzikir ini lebih menspesifikkan pada bentuk ucapan sebagaimana sabda Rosulullah sebagai sugesti dzikir bil lisan أفضل الذكر لاإله إلا الله "paling utamanya dzikir adalah lâ ilâha illallah (tiada tuhan kecuali Allah)".
Kedua: Dzikir bil qolbi. Yaitu dzikir yang menggunakan gerakan hati yang bertujuan untuk melemah lembutkan hati. آلا بذكر الله تطمئن القلوب "ingatlah bahwa dengan berdzikir hati menjadi tentram" dan
Ketiga : Dzikir bil mu'amalah. Yaitu dzikir dengan tindakan atau kata orang Madura "alakoh ka angghui 'ebhedhe (bekerja untuk ibadah) nah inilah dzikir yang sampai tidak membuang-buang waktu atau dzkirnya orang sibuk.
Dengan demikian tiada alas an kiranya kira untuk tidak berdzikir kepada Allah dimana dan kapanpun saja. Orang bijak bilang "dzikir adalah pekerjaan sepanjang masa".
ok bagus
ReplyDelete