Ahmad Deedat, Petualang Ulung dan Pendebat Islam Tiada Tanding


 Ahmad Deedat dilahirkan di Surat, India, pada 1 Juli 1918. Ayahnya adalah seorang penjahit, akibat dari profesionnya itu telah berhijrah ke Afrika Selatan tidak lama setelah kelahiran Ahmad Deedat untuk mengadu nasib.

Pristiwa Penting 
pada tahun 1927 Ahmad Deedat telah pergi ke Afrika Selatan untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik bersama ayahnya untuk menghindari dari kemiskinan yang amat malarat. Perpisahan Deedat dengan ibunya pada tahun kepergiannya ke Afrika Selatan untuk menyusul ayahnya itu adalah saat terakhir ia bertemu ibunya dalam hidupnya kerana ibunya telah meninggal dunia beberapa bulan kemudian (dari tarikh penghijrahan Deedat bersama ayahnya ke Durban, Afrika Selatan).

Di negeri yang asing, seorang anak lelaki kecil berusia 9 tahun tanpa berbekal pendidikan formal dan penguasaan bahasa Inggeris telah mula menyiapkan peran yang harus dimainkannya berpuluh-puluh tahun kemudian tanpa disadarinya. Dengan ketekunannya dalam belajar tidak hanya dapat mengatasi hambatan bahasa asing, tetapi juga unggul di sekolahnya. Kegemaran dan hobi Deedat dalam membaca telah menolongnya untuk memudahkan dirinya mendapatkan promosi pendidikan sehingga beliau tamat pendidikan pada darjah 6. Kekurangnya pembiayaan pelajaran menyebabkan sekolahnya tertunda dan di awal usia 16 tahun untuk pertama kalinya ia bekerja dalam bidang retail.

Yang terpenting sekali adalah pada tahun 1936, sewaktu beliau bekerja di kedai / toko Muslim berdekatan sebuah sekolah menengah Kristian di pantai selatan Natal. Penghinaan yang tidak henti-henti dari siswa Misionaris menantang Islam selama kunjungan mereka ke toko Muslim telah menanamkan keinginan beliau yang membara untuk melakukan aksi menghentikan propaganda Kristian yang salah itu.

Mulai Belajar Bible

ketekunan Ahmad Deedat menemukan sebuah buku berjudul Izharul-Haq yang bererti mengungkapkan kebenaran. Beberapa minggu setelah itu, Ahmad Deedat membeli Injil pertamanya setelah mengkajinga ia mulai melakukan debat dan diskusi kecil-kecilan dengan siswa-siswa misionaris. Ketika siswa misionaris tersebut mundur dalam menghadapi argumen balik Ahmad Deedat, secara peribadi telah memanggil guru teologi Kristian siswa-siswa misionaris itu untuk berdebat bersamanya, bahkan pendeta-pendeta Kristian di daerah tersebut juga turut diajak berdebat bersama Deedat.


Kiprah Dakwah Ahmad Deedat

Keberhasilan-keberhasilan ini telah memacu Ahmad Deedat untuk berdakwah. Dengan semangat misionaris untuk menyebarkan agama Islam, Ahmad Deedat telah membenamkan dirinya pada sekumpulan kegiatan lebih dari tiga dekade. Beliau memimpin kelas bagi matapelajaran Injil dan memberi sejumlah kuliah ilmu. Beliau mendirikan As-Salaam, sebuah institut untuk melatih para pendakwah Islam. Ahmad Deedat, bersama-sama dengan keluarganya, hampir seorang diri mendirikan bangunan-bangunan termasuk masjid yang masih dikenali sehingga saat ini.
pada tahun 1957 Ahmad Deedat mendirikan Islamic Propagation Centre International (IPCI) bersama dua temannya dan menjadi Presidennya, sampai tahun 1996. Ia menerbitkan lebih dari 22 buku. salah satu judul bukunya yang terkenal "The Choice Islam and Crishtianity" dan menyebarkan berjuta-juta salinan secara percuma. Ahmad Deedat mengirim beribu-ribu materi kuliah ke seluruh dunia dan mendebat dengan pengabar-pengabar Injil pada debat umum. Beribu orang telah memeluk Islam atas rahmat Allah serta hasil usahanya yang tidak pernah mengenal arti penat dan lelah.

dintara perdebatan beliau yang hebat ialah perdebatan dengan Paderi Josh McDowell bertajuk ‘Benarkah Nabi Isa disalib? dan paderi Jimmy Swaggart bertajuk ‘Adakah Injil kalam Allah?’.

Atas kiprah dakwahnya ini ia menerima penghargaan yang tertinggi untuk prestasinya yang bersejarah itu, beliau telah dianugerahkan penghargaaan antarabangsa dari Raja Faisal pada tahun 1986. Penghargaan bergengsi yang sangat berharga dalam dunia Islam.

Benar kata pepatah “Hilang satu tumbuh seribu” setelah ia meninggal dunia pada 2005 muncullah New Deedat / Ahmad Deedat Plus yakni Dr. Dzakir Abdul Karim Naik dan semoga semakin muncul lagi yang lainnya.
Share on Google Plus

About zadamedia

    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Post a Comment