Pristiwa Penting
pada tahun 1927 Ahmad Deedat telah pergi ke Afrika Selatan
untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik bersama ayahnya untuk menghindari
dari kemiskinan yang amat malarat. Perpisahan Deedat dengan ibunya pada tahun
kepergiannya ke Afrika Selatan untuk menyusul ayahnya itu adalah saat terakhir
ia bertemu ibunya dalam hidupnya kerana ibunya telah meninggal dunia beberapa
bulan kemudian (dari tarikh penghijrahan Deedat bersama ayahnya ke Durban, Afrika
Selatan).
Di negeri yang asing, seorang anak lelaki kecil berusia 9 tahun tanpa berbekal pendidikan formal dan penguasaan bahasa Inggeris telah mula menyiapkan peran yang harus dimainkannya berpuluh-puluh tahun kemudian tanpa disadarinya. Dengan ketekunannya dalam belajar tidak hanya dapat mengatasi hambatan bahasa asing, tetapi juga unggul di sekolahnya. Kegemaran dan hobi Deedat dalam membaca telah menolongnya untuk memudahkan dirinya mendapatkan promosi pendidikan sehingga beliau tamat pendidikan pada darjah 6. Kekurangnya pembiayaan pelajaran menyebabkan sekolahnya tertunda dan di awal usia 16 tahun untuk pertama kalinya ia bekerja dalam bidang retail.
Yang terpenting sekali adalah pada tahun 1936, sewaktu beliau bekerja di kedai / toko Muslim berdekatan sebuah sekolah menengah Kristian di pantai selatan Natal. Penghinaan yang tidak henti-henti dari siswa Misionaris menantang Islam selama kunjungan mereka ke toko Muslim telah menanamkan keinginan beliau yang membara untuk melakukan aksi menghentikan propaganda Kristian yang salah itu.
Mulai Belajar Bible
ketekunan Ahmad Deedat menemukan sebuah buku berjudul Izharul-Haq yang bererti mengungkapkan kebenaran. Beberapa minggu setelah itu, Ahmad Deedat membeli Injil pertamanya setelah mengkajinga ia mulai melakukan debat dan diskusi kecil-kecilan dengan siswa-siswa misionaris. Ketika siswa misionaris tersebut mundur dalam menghadapi argumen balik Ahmad Deedat, secara peribadi telah memanggil guru teologi Kristian siswa-siswa misionaris itu untuk berdebat bersamanya, bahkan pendeta-pendeta Kristian di daerah tersebut juga turut diajak berdebat bersama Deedat.
Di negeri yang asing, seorang anak lelaki kecil berusia 9 tahun tanpa berbekal pendidikan formal dan penguasaan bahasa Inggeris telah mula menyiapkan peran yang harus dimainkannya berpuluh-puluh tahun kemudian tanpa disadarinya. Dengan ketekunannya dalam belajar tidak hanya dapat mengatasi hambatan bahasa asing, tetapi juga unggul di sekolahnya. Kegemaran dan hobi Deedat dalam membaca telah menolongnya untuk memudahkan dirinya mendapatkan promosi pendidikan sehingga beliau tamat pendidikan pada darjah 6. Kekurangnya pembiayaan pelajaran menyebabkan sekolahnya tertunda dan di awal usia 16 tahun untuk pertama kalinya ia bekerja dalam bidang retail.
Yang terpenting sekali adalah pada tahun 1936, sewaktu beliau bekerja di kedai / toko Muslim berdekatan sebuah sekolah menengah Kristian di pantai selatan Natal. Penghinaan yang tidak henti-henti dari siswa Misionaris menantang Islam selama kunjungan mereka ke toko Muslim telah menanamkan keinginan beliau yang membara untuk melakukan aksi menghentikan propaganda Kristian yang salah itu.
Mulai Belajar Bible
ketekunan Ahmad Deedat menemukan sebuah buku berjudul Izharul-Haq yang bererti mengungkapkan kebenaran. Beberapa minggu setelah itu, Ahmad Deedat membeli Injil pertamanya setelah mengkajinga ia mulai melakukan debat dan diskusi kecil-kecilan dengan siswa-siswa misionaris. Ketika siswa misionaris tersebut mundur dalam menghadapi argumen balik Ahmad Deedat, secara peribadi telah memanggil guru teologi Kristian siswa-siswa misionaris itu untuk berdebat bersamanya, bahkan pendeta-pendeta Kristian di daerah tersebut juga turut diajak berdebat bersama Deedat.
Kiprah Dakwah Ahmad Deedat

dintara perdebatan beliau yang hebat ialah perdebatan dengan Paderi Josh
McDowell bertajuk ‘Benarkah Nabi Isa disalib? dan paderi Jimmy Swaggart
bertajuk ‘Adakah Injil kalam Allah?’.
Atas kiprah dakwahnya ini ia
menerima penghargaan yang tertinggi untuk prestasinya yang bersejarah itu,
beliau telah dianugerahkan penghargaaan antarabangsa dari Raja Faisal pada
tahun 1986. Penghargaan bergengsi yang sangat berharga dalam dunia Islam.
0 comments:
Post a Comment